Abdurrahman Mohamad
Nol Kilometer Tepat di Bayanganmu
Dulu, aku menyangka
kita terlahir dari rahim penuh ilalang
tumbuh dari desir angin pantai dan debu pasir
namun, kenangan telah menetapkan batas
yang membuatku mengemas segala rasa dan masa lalu
Bibirmu kini lebih jingga dari warna senja
senyummu lebih tajam dari belati
dan sebuah luka di dadamu yang terlihat seksi
kadang aku terlalu bergairah menyebutmu sebagai bidadari
Ini perjumpaan yang tak tebayangkan
Tepat nol kilometer dari bayangmu
pandanganku terluka, aku harus memaksa mata ini
untuk membaca rajah yang terterah di punggungmu
sebuah tanda sunyi dan lebih hitam dari dedak kopiku
kau tersenyum seakan mengerti, aku hanya seorang anak
yang terlupa garis nasabnya
Mungkin secercah cerita, mitos yang dilupakan
atau mantra pengasih yang ngilu untuk dibacakan
yang kau ingat dari semua pertemuan
Semua sejarahku telah terbungkus kafan yang legam, bagimu
Dan kini aku hanya ingin kau bernyanyi irama pantai utara
biar kurasakan pinggulmu bergoyang bersama kegelisahan
setelah ombak menghantam pasir-pasir yang kehilangan lembutnya
Indramayu-Cirebon 2008
Senin, 20 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar